Kamis, 11 April 2013

PENGARUH PEMUKIMAN KUMUH KOTA SURABAYA TERHADAP KONDISI MENSTRUASI PADA REMAJA

Diposting oleh Unknown di 00.26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian terutama pada remaja. Remaja yang kelak menjadi orang dewasa tentunya harus mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat. Pada masa remaja putri, terjadi berbagai perubahan yang ditandai dengan pertumbuhan seks sekunder seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama.
Menstruasi atau haid adalah luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah, di mana terjadi setiap bulan dan berlangsung selama kurang lebih 3 – 7 hari (Menteri Negara/BKKBN, 1998). Siklus haid, biasanya 28 hari, tetapi bisa bermacam –macam antara 21-35 hari. Lamanya mengeluarkan darah berbeda -beda, mungkin juga, berbeda dari waktu ke waktu. Kondisi seperti ini bisa mempercepat, menunda atau bahkan mencegah haid jika perempuan sakit, cemas atau depresi. Bahkan kelelahan fisik dan stress akibat tekanan pekerjaan bisa menyebabkan gangguan siklus menstruasi (Baso dan Judi, 1999). Penyebab variasi siklus menstruasi ini berhubungan dengan usia antar perempuan dan penyebab variasi siklus menstruasi tidak banyak diketahui. Namun sedikit bervariasi perbedaan di daerah mengenai pola menstruasi selama kehidupan reproduksi. Selain itu perbedaan antar daerah juga dapat menjelaskan perbedaan risiko kesehatan yang berhubungan dengan variasi fungsi menstruasi antar populasi (Koblinsky, 1997).

Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Salah satu penyebab masalah kesehatan lingkungan tersebut adalah adanya urbanisasi penduduk.
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana. Selama masa menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Amri, 1999). Kondisi ini tentunya akan terpicu jika perempuan tidak menjaga kesehatan tubuh khususnya yang berkaitan dengan saluran reproduksi. Dalam proses perkembangam reproduksi, masa remaja merupakan masa transisi yang perlu mendapat perhatian, karena sangat berpengaruh pada pola tingkah laku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti higiene dan sanitasi perorangan khususnya yang berhubungan dengan kebersihan alat kelamin saat mengalami menstruasi. Kondisi tersebut pada perempuan tentunya dapat mengganggu kesehatan.Saat menstruasi seringkali timbul perasaan tidak enak, rasa ingin marah, pusing, lemas. Di mana gejala ini disebut dengan sindroma pramenstruasi (Amri, 1999).
Dalam profil kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan Indonesia pada tahun 1996 yang berusia 10 – 14 tahun ada 11.380.200 (11,4%) dan yang berumur 15 – 19 tahun ada 10.706.300 (10,8%). Hal yang terkait pada masa remaja tersebut tentunya akan mempengaruhi kehidupan bagi remaja yang berkaitan dengan perubahan fisik, mental, dan sosial . Utamanya kerawanan yang berhubungan pada masalah kesehatan reproduksi. Seperti yang dikutip Andi Baso dan Judi (1999), dikatakan bahwa siklus kesehatan yang dialami perempuan pada masa remaja yang menggambarkan risiko terserang penyakit tertentu adalah karena kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi perempuan. Untuk itulah dalam penelitian ini bertujuan mempelajari menstruasi dan kondisi yang terkait selama menstruasi pada remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya, atau secara khusus penelitian ini bertujuan Mengidentifikasi karakteristik remaja meliputi umur, ras, pendidikan terakhir dan mengidentifikasi riwayat menstruasi meliputi umur pertama menstruasi, lama menstruasi, siklus, frekuensi ganti pembalut dan kondisi yang terkait sebelum dan selama menstruasi meliputi aspek fisik dan psikologis.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pengertian dan karakteristik pemukiman kumuh ?
2.      Bagaimanakah penelitian yang dilakukan di pemukiman kumuh kota Surabaya ?
3.      Bagaimanakah riwayat menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya ?
4.      Bagaimana kondisi menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya ?
5.      Bagaimanakah upaya penanganan yang dilakukan terhadap pemukiman kumuh dan kondisi menstruasi pada remaja ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik pemukiman kumuh.
2.      Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan di pemukiman kumuh kota Surabaya.
3.      Untuk mengetahui riwayat menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya.
4.      Untuk mengetahui kondisi menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya.
5.      Untuk mengetahui upaya penanganan yang dilakukan terhadap pemukiman kumuh dan kondisi menstruasi pada remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian dan Karakteristik Pemukiman Kumuh
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.
Menurut Johan Silas Pemukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan pemukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
Karakteristik Pemukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)
a)      Keadaan rumah pada pemukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan pemukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
b)      Pemukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat pemukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.

2.2  Penelitian yang dilakukan di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya terhadap Kondisi Menstruasi Remaja di sekitarnya
a.      Penelitian Deskriptif
Penelitian di pemukiman kumuh Kota Surabaya ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan observasional jenis crossectional dalam arti memahami hal -hal yang terkait dengan kondisi menstruasi yang dialami remaja. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005, di daerah pemukiman kumuh di Kota Surabaya, dengan alasan pemukiman kumuh berkaitan dengan kondisi sanitasi yang buruk dan sanitasi lingkungan yang buruk akan mempengaruhi individu dalam hal perawatan kebersihan perorangan. Populasi adalah semua remaja yang tinggal di daerah pemukiman kumuh di kota Surabaya. Sampel penelitian adalah remaja yang tinggal di daerah pemukiman kumuh di kota Surabaya. Adapun responden dengan kriteria remaja usia 10 –19 tahun. Cara pengambilan sampel adalah memilih rumah tangga yang ada di daerah pemukiman kumuh sebagai unit samplingnya selanjutnya memilih remaja dalam rumah tangga yang terpilih. Adapun pengambilan sampel remaja berdasarkan sistem rumah terdekat dan diambil sebanyak 40 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, untuk mendapatkan data mengenai kondisi menstruasi.

b.      Karakteristik Remaja di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya
Umur responden memang menunjukkan usia remaja yakni berkisar antara 12 sampai 18 tahun dan sebagian besar responden berusia 14 tahun sebanyak 10 orang (25.0%), disusul kemudian usia 13 tahun dan 18 tahun masing -masing 7 orang (17.5%), usia 15 tahun sebanyak 6 orang 15.0%, usia 12 dan 17 tahun masing -masing 4 orang (10 %) dan usia 16 tahun sebanyak 2 orang (5.0%). Dengan usia yang masih remaja semacam ini, maka mereka masih bisa mengingat riwayat awal ketika mulai menstruasi. Responden dalam penelitian ini bila dilihat dari pendapat American Academy of Child and Adolescent Psychology, termasuk dalam katagori remaja awal dan remaja pertengahan. Pada usia ini memang sudah muncul kepedulian terhadap daya tarik seksual dan mulai tertarik pada lawan jenis (Mohamad, 1998). Kondisi ini tentunya perlu memperoleh perhatian dari lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat belajarnya, agar perkembangannya menjadi terarah dan baik.
Suku bangsa responden, sebagian besar berasal dari suku Jawa 34 orang (85%), Madura 5 orang (12.5%) dan Banjar 1 orang (2.5%). Di lihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar, yakni sebanyak 25 orang (62.5%) siswa SMP dan 9 orang (22.5%) merupakan siswa SMA. Ada 4 orang (10.0%) yang sedang menjalani pendidikan di bangku Perguruan Tinggi dan 2 orang (5.0%) yang lulus dari Sekolah Dasar.

2.3  Riwayat Menstruasi Remaja yang Tinggal di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya
Riwayat menstruasi yang dialami oleh responden akan dimulai dengan menyajikan umur pertama kali mendapat menstruasi.
Distribusi Pertama Kali Menstruasi
Umur (Tahun)
Frekuensi
Presentase (%)
10
3
7.5
11
5
12.5
12
13
32.5
13
14
35.0
14
2
5.0
15
3
7.5
Total
40
100.0
Sebagian besar remaja mengalami menstruasi pertama kali pada usia 13 tahun yakni sebanyak 14 orang (35.0%) dan 12 tahun sebanyak 13 orang (32.5%), sedang yang mendapat menstruasi pertama kali umur 10 tahun sebanyak 3 orang (7.5%) dan yang mendapatkan menstruasi pada usia 15 tahun juga sebanyak 3 orang (7.5%). Rata-rata usia mendapat menstruasi pertama kali adalah 12.4 tahun. Melihat usia pertama kali menstruasi (menarche) ternyata sebagian besar sudah sesuai dengan usia menarche yang umum yakni 11 - 13 tahun (Amri, 1999). Meskipun masih ada responden yang mengalami menarche lebih awal maupun lebih akhir, kondisi ini terkait dengan status gizi dari remaja yang bersangkutan yang berpengaruh pada perkembangan fisiknya.
Bila dilihat dari apakah remaja mengalami atau tidak mengalami keluhan ketika pertama kali menstruasi, hasilnya tampak dalam tabel berikut .
Distribusi Menurut Keluhan Pada Awal Mendapat Menstruasi
Keluhan pada awal menstruasi
Frekuensi
Presentase
Tidak mengalami keluhan
10
25.0
Mengalami keluhan
30
75.0
Total
40
100.0
     Ternyata sebagian besar remaja, yakni sebanyak 30 orang (75%) menyatakan mengalami keluhan dan sebanyak 10 orang (25%) menyatakan tidak mengalami keluhan. Remaja yang mengalami keluhan ternyata keluhannya bermacam-macam, yakni: sakit perut (mules), badan terasa capek, pinggang terasa sakit, badan leml.as, kepala pusing dan payudara terasa sakit. Ada yang hanya mengalami satu keluhan saja namun sebagian besar mengalami keluhan kombinasi dari beberapa keluhan di atas. Lama waktu dari satu menstruasi ke menstruasi berikutnya (siklus menstruasi) ternyata punya range yang cukup panjang mulai dari 22 hari sampai ada yang lebih dari 35 hari. Seperti tampak dalam tabel berikut.

Distribusi Lama Waktu (Durasi) Siklus Menstruasi
Lama waktu (hari)
Frekuensi
Presentase (%)
22
3
7.5
28
23
57.5
30
3
7.5
31
1
2.5
34
1
2.5
Lebih dari 35
9
22.5
Total
40
100.0
Sebagian besar remaja memiliki siklus menstruasi yang teratur yakni selama 28 hari. Ada 23 orang (57.5%), namun ada yang cukup cepat yakni selama 22 hari yang dialami oleh 3 orang (7.5%) bahkan ada yang cukup lama siklusnya yakni lebih dari 35 hari yang dialami oleh 9 orang (22.5%).
Distribusi Pola Siklus Menstruasi Yang Dialami
Pola siklus menstruasi
Frekuensi
Presentase (%)
Teratur (normal)
26
65.0
Tidak teratur
9
35.0
Total
40
100.0
Pola siklus menstruasi responden, tampak bahwa sebanyak 26 orang (65.0%) menyatakan teratur, sedangkan sisanya sebanyak 9 orang (35.0%) menyatakan siklus menstruasinya tidak teratur. Satu siklus haid, berlangsung yang normal kurang lebih 30 hari (antara 28 – 32 hari). Memang pada remaja menstruasi bisa terjadi belum teratur. Kadang perdarahan berlangsung lama, satu tahun hanya 3 – 4 kali menstruasi, tapi ada juga yang belum satu bulan sudah menstruasi lagi. Hal ini wajar, dan nantinya pelan -pelan akan teratur dengan sendirinya (Amri, 1999). Ketidak teraturan siklus menstruasi ini bisa disebabkan banyak faktor, bisa karena faktor hormonal, di mana tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron maupun faktor fisik karena aktivitas berlebih dan kecapekan atau pun karena faktor emosional seperti stres. Responden yang mengalami siklus tidak teratur, umumnya menyatakan disebabkan oleh kelelahan fisik dan stress emosional (seperti tugas sekolah yang terlalu banyak dan saat ujian), diet yeng berlebihan, melakukan olah raga fisik yang berat dan karena gangguan hormonal. Perbedaan usia juga akan dapat menyebabkan terjadinya perbedaan siklus mentruasi. Pada kelompok umur remaja biasanya mempunyai siklus menstruasi selama 31 hari, kemudian di usia remaja mempunyai siklus menstruasi 27 hari dan mendekati usia di atas 50 tahun siklus menstruasinya bisa mencapai 52 hari. Sedangkan lama menstruasinya bervariasi juga, mulai dari 3 hari sampai 10 hari. Sebagian besar responden mengalami menstruasi 8 hari, sebanyak 27 orang (67.5%), disusul kemudian 7 hari sebanyak 4 orang (10%) , 3 hari dan 5 hari masing -masing sebanyak 3 orang (7.5%), 4 hari sebanyak 1 orang (2.5%) dan 10 hari sebanyak 2 o rang (5%).
Distribusi Pendapat Mengenai Banyaknya Darah Yang Keluar Pada Waktu Menstruasi
Banyaknya darah yang keluar
Frekuensi
Presentase (%)
Biasa/normal
14
35.0
Banyak
26
65.0
Total
40
100.0
Berkaitan dengan darah yang keluar saat menstruasi, pendapat respnden sebagian besar, yakni 26 orang (65%) menyatakan banyak dan 14 orang (35%) menyatakan biasa/normal. Sedangkan apakah darah yang keluar menggumpal atau tidak, sebagian besar, yaitu 22 orang (55.0%) menyatakan menggumpal, 15 orang (37.5%) menyatakan kadang menggumpal dan 3 orang (7.5%) menyatakan tidak menggumpal.



Distribusi Rasa Sakit Saat Menstruasi
Menstruasi sakit
Frekuensi
Presentase (%)
Tidak
2
5.0
Ya
38
95.0
Total
40
100.0
Sebagian besar responden, yakni sebanyak 38 orang (95.0%) menyatakan merasakan sakit pada waktu menstruasi dan hanya 2 orang saja (5.0%) menyatakan tidak merasakan sakit saat menstruasi. Dari yang mengalami rasa sakit pada saat menstruasi, 23 orang (57.5%) menyatakan merasakan sakit yang hebat (dilep) saat menstruasi dan 15 orang (37.5%) menyatakan merasakan rasa sakit yang hebat pada saat sebelum sebelum menstruasi. Rasa sakit ini biasanya dialami 1 -3 hari dan yang paling sakit hanya 1 hari. Hasil penelitian ini mennujukkan bahwa, hampir setiap perempuan yang menstruasi mengalami sakit/nyeri.
2.4  Kondisi Menstruasi Remaja di Pemukiman Kumuh Kota Surabaya
Kondisi fisik yang dirasakan oleh responden sebelum maupun saat menstruasi, ternyata 5 orang (12.5%) menyatakan sakit perut, payudara sakit dan badan terasa capek diungkapkan oleh masing-masing 4 orang (10%), 3 orang (7.5%) menyatakan badan lemas dan ternyata sebagian besar, yaitu sebanyak 17 orang (42.5%) menyatakan merasakan beberapa macam gejala sakit seperti kepala pusing,badan lemas , pinggang terasa sakit, badan terasa capek dan payudara terasa sakit. Seperti tampak dalam tabel berikut:
Kondisi Fisik Yang Dirasakan Sebelum Maupun Selama Menstruasi
Kondisi fisik yang dirasakan selama menstruasi
Frekuensi
Presentase (%)
Pinggang terasa sakit
2
5.0
Perut sakit
5
12.5
Badan lemas
3
7.5
Badan capek
4
10.0
Kepala pusing
2
5.0
Payudara sakit
4
10.0
Kombinasi beberapa macam sakit
17
42.5
Tidak merasakan sakit
3
7.5
Total
40
100.0
Distribusi Kondisi Emosional Selama Masa Menstruasi
Kondisi Emosional
Frekuensi
Presentase (%)
Ingin marah
8
20.0
Gelisah
3
2.5
Tidak nyaman
8
20.0
Kombinasi beberapa kondisi emosional
20
50.0
Tidak ada
2
5.0
Total
40
100.0
Kondisi emosional yang dialami oleh responden pada saat menstruasi, tergambar dari tabel, bahwa gejala emosional seperti ingin mar ah dan perasaan tidak nyaman dialami oleh masing-masing 8 orang (20%), merasa gelisah sebanyak 3 orang (7.5%) dan terbanyak, yakni 20 orang (50.0%) responden mengalami kombinasi beberapa gejala emosional seperti ingin marah, gelisah, dan tidak nyaman. Pada saat menstruasi memang banyak menimbulkan keluhan, hal ini terjadi karena dalam rangka meluruhkan dinding -dindingnya, rahim melakukan konstraksi otot -otot. Inilah yang menyebabkan banyak wanita merasa seperti kejang di perut saat menstruasi. Selain itu ju ga bisa karena endometrium (selaput lendir di rahim) berkembang di luar rahim, misalnya di rongga perut. Pada saat haid, endometrium ini ikut luruh dan membuat rasa sakit yang luar biasa. Kelainan ini disebut endometriosis (Amri, 1999). Selain menimbulkan ketidaknyamanan fisik, menstruasi juga sering menimbulkan gangguan emosi, misalnya perasan tidak enak, rasa ingin marah, pusing, lemas dan sebagainya yang ternyata dialami juga oleh responden dalam penelitian ini. Gejala -gejala seperti itu biasa disebut dengan sindroma pre menstruasi (Amri, 1999). Untuk mengatasi keluarnya darah menstruasi, biasanya responden menggunakan pembalut.
Distribusi Frekuensi Mengganti Pembalut dalam Sehari
Frekuensi mengganti pembalut dalam sehari
Frekuensi
Presentase (%)
2 kali
13
32.5
3 kali
26
65.0
5 kali
1
2.5
Total
40
100.0
     Pada saat haid pembuluh darah dalam rahim terbuka, karena itu mudah terkena infeksi. Bila kebersihan vagina tidak dijaga, maka kuman akan mudah masuk melalui vagina ke mulut rahim. Hal ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran reproduksi. Sebagian besar responden (65%) menyatakan mengganti pembalut sebanyak 3 kali dalam satu hari, 32.5% mengganti pembalut sebanyak 2 kali dan bahkan ada 1 responden (2.5%) mengganti pembalut sebanyak 5 kali dalam satu hari.
2.5  Upaya penanganan yang dilakukan terhadap pemukiman kumuh dan kondisi menstruasi pada remaja pemukiman kumuh di kota Surabaya
a.      Upaya penanganan pemukiman kumuh di kota Surabaya
1)      Dengan membangun rumah susun
     Mungkin dengan adanya rumah susun, masyarakat yang  masih tinggal dipemukiman kumuh ini dapat tinggal di rumah susun ini. Walaupun biayanya tidak begitu murah tetapi fasilitas dan kelayakannya dapat di pertimbangkan. Apalagi dengan adanya rumah susun ini dapat menghemat lahan pemukiman. Selain itu apabila terjadi campur tangan pemerinah, mungkin saja rumah susun ini dapat menjadi lebih murah harga sewanya.
     Selain itu menurut data yang didapatkan, pemerintah mencanangkan anggaran sebesar 220 miliar untuk menyelesaikan masalah pemukiman kumuh ini. Nah mungkin saja dari dana sebesar itu kita dapat membangun rumah susun yang layak bagi masyarat yang tinggal di pemukiman kumuh ini.
2)      Memberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh ini.
Tidak lepas dari dampak yang di timbulkan bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh ini. Karena kondisi pemukiman yang jauh dari layak ini menyebabkan banyak masalah. Salah satunya adalah terganggunya kesehatan masyarakat. Karena kebanyakkan pemukiman ini berada di pinggir rel kereta api atau di bawah kolong jembatan. Sehingga tidak terlepas tentang penyakit. Misalnya terganggunya kesehatan pada saluran reproduksi remaja pada saat menstruasi. Maka dari itu pemerintah harus dapat memberikan penyuluhkan tentang dampak yang di timbulkan dari pemukiman kumuh ini agar masyarakat bisa sadar dan peka bahayanya tinggal di pemukiman kumuh.
3)      Program perbaikan kampung
Pemerintah bisa memperbaiki struktur atau fasilitas di desa. Sehingga masyarakat tertarik  untuk kembali ke kampung halamannya. Salah satu caranya bisa saja dengan memperbaikki fasilitas yang ada di desa seperti yang ada di kota. Atau dapat juga membangun lapangan kerja yang banyak di desa atau memberikan program – program bantuan untuk masyarakat desa seperti yang di rencanakan pemerintah pada program transmigrasi.
b.      Upaya penanganan kondisi menstruasi remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya
1)      Menstruasi pertama (menarche) pada remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya ini perlu memperoleh perhatian lebih, terutama dari para orang tua, karena remaja yang pertama mengalami menstruasi acapkali juga disertai dengan perasaan kaget dan takut. Mereka menduga terjadi luka sehingga keluar darah. Selain itu menstruasi pertama ini juga menandai bahwa secara biologis seorang gadis sudah punya kemampuan untuk hamil. Oleh sebab itu perhatian dan pemberian bekal yang benar tentang kesehatan reproduksi diperlukan.
2)      Ketidak teraturan siklus menstruasi ini bisa disebabkan banyak faktor, bisa karena faktor hormonal, di mana tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron maupun faktor fisik karena aktivitas berlebih dan kecapekan atau pun karena faktor emosional seperti stres. Responden yang mengalami siklus tidak teratur, umumnya menyatakan disebabkan oleh kelelahan fisik dan stress emosional (seperti tugas sekolah yang terlalu banyak dan saat ujian), diet yeng berlebihan, melakukan olah raga fisik yang berat dan karena gangguan hormonal. Dengan begitu remaja selama menstruasi sebaiknya banyak istirahat, mengurangi aktivitas yang tidak penting untuk dilakukan, dan makan makanan yang bergizi. Selain itu, perbedaan usia juga akan dapat menyebabkan terjadinya perbedaan siklus mentruasi.
3)      Untuk menangani rasa sakit saat menstruasi yaitu dengan memberikan  asupan gizi yang baik dalam makanan tetapi semua itu tergantung pada kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan yang berkualitas untuk anggota keluarganya. Nutrisi yang baik ikut membantu dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap stabil khususnya saat mengalami menstruasi. Jika kondisi tubuh menurun, maka nyeri haid ini dapat berlebihan meskipun tidak membahayakan kesehatan tapi perlu tetap mendapatkan perhatian.
4)      Untuk menjaga kebersihan, penggunaan pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 2-3 kali sehari, atau setelah mandi dan buang air kecil (Amri, 1999). Karena pada saat haid pembuluh darah dalam rahim terbuka, karena itu mudah terkena infeksi. Bila kebersihan vagina tidak dijaga, maka kuman akan mudah masuk melalui vagina ke mulut rahim. Hal ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran reproduksi.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.      Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari adanya urbanisasi atau ledakan penduduk di kota-kota besar. Daerah pemukiman kumuh dengan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi perempuan dalam memberikan perawatan kesehatan selama menstruasi.
2.      Selama masa menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi kondisi tersebut tentunya dapat mengganggu kesehatan.
3.      Remaja yang tinggal di pemukiman kumuh kota Surabaya pada waktu menstruasi sebagian besar mengalami sakit baik sebelum maupun saat menstruasi dan mengalami sindroma premenstruasi baik dengan keluhan tunggal maupun gabungan beberapa keluhan.
4.      Upaya penaganan pemukiman kumuh ini dapat dilakukan dengan cara membangun rumah susun, memberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh, serta program perbaikan kampung.
Saran
       Pemerintah seharusnya membangun dan memberikan rumah susun di kota Surabaya untuk mengurangi adanya pemukiman kumuh di kota Surabaya. Selain itu, masyarakat juga harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur. Sebaiknya untuk para remaja lebih memperhatikan pola tingkah laku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti higiene dan sanitasi perorangan khususnya yang berhubungan dengan kebersihan alat kelamin saat mengalami menstruasi dan menjaga kebersihan lingkungan yang bertujuan untuk mencegah adanya gangguan kesehatan reproduksi pada saat menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://isukesehatanlingkungan.blogspot.com/2012/05/7-masalah-kesehatan-lingkungan-di.html


0 komentar:

Posting Komentar

 

Health and Beauty Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea